THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 24 Oktober 2008

Kebiasaan

Seorang guru muslimah berjilbab rapi tampak di depan kelas sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia berdiri menghadap murid-muridnya. Sang guru berkata, “Anak-anak, Ibu punya permainan. Begini, di tangan kiri Ibu sekarang ada kapur, dan di tangan kanan Ibu ada pensil. Jika Ibu mengangkat kapur ini maka katakan dengan keras, `Kapur!` Jika Ibu mengatakan pensil ini maka teriakan `Pensil!`”
Para murid pun mengerti. Lau mereka mengikuti instruksi sang guru. Sang guru kemudian mengangkat tangan kanan dan kirinya secara bergantian, semakin lama semakin cepat, diiringi teriakan murid-muridnya yang menyebut antara kapur dan pensil.
Sang guru berhenti dan berkata,” Baik, sekarang perhatikan. Jika Ibu mengangkat kapur maka katakan dengan keras, `Pensil!`. Demikian sebaliknya. Jika Ibu mengangkat pensil maka katakan, `Kapur!`”
Adegan yang sama pun dilakukan Sang Guru. Tentu para murid kerepotan dan kelabakan; mereka sangat sulit untuk menyebut kapur sebagai pensil, begitu pula sebaliknya. Namun lambat laun mereka bias beradaptasi dan tidak lagi sulit. Selang beberapa saat, permaian pun berhenti. Sang Guru pun tersenyum kepada murid-muridnya dan berkata,
“Anak-anak, seperti itulah kita, umat Islam. Mulanya, yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian musuh2 Islam memaksakan kepada kita lewat berbagai propaganda untuk membalikkan sesuatu, yang haq menjadi bathil, yang bathil menjadi haq. Pertama-tama mungkin akan sulit bagi kita untuk menerima hal tersebut. Namun, karena terus dipropagandakan lewat berbagai media oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian akan terbiasa dengan hal itu, dan kalian mulai mengikutinya.”
“musuh-musuh kalian tidak akan pernah berhenti membalik nilai. Pacaran dianggap hiburan. Zina dipandang biasa. Pakaian mini dan seksi dinilai trendy. Jilbab dianggap budaya Arab. Sex before married tidak lagi dianggap jijik dan menikah pun tak lagi dianggap sakral. Selingkuh tak lagi dianggap tabu. Poligami malah dituduh tak manusiawi. Begitu seterusnya. Semuanya menjadi terbalik. Tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerima semua itu….”

0 komentar: