THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 06 Maret 2009

Merapatkan dan Meluruskan Shaf

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kedisiplinan dan keteraturan hidup. Hal ini tercermin dalam pelaksanaan shalat berjamaah. Pengaturan shaf shalat punya makna akan kerapian yang cermat. Bahkan penanaman nilai nilai yang terkandung di dalamnya melebihi kerapian dan kedisiplinan militer.


Seperti layaknya upacara kemiliteran, seorang imam bertanggung jawab memeriksa barisan atau shaf makmumnya. Jika komandan upacara menginspeksi pasukan sebelum upacara dimulai, demikian pula seorang imam.ia harus menata dan merapikan shaf jamaahnya sebelum takbiratul ikram. Rasulullah saw bersabda, “Ratakan (rapat dan lurus) shaf kalian, sebab meratakan shaf adalah termasuk kesempurnaan shalat” (HR. Bukhari Muslim). Jadi tidak sempurna shalat jamaah kita jika tidak rapi shafnya.

Selain itu imam tidak cukup hanya berkata luruskan dan rapatkan shaf lantas memulai shalatnya sedangkan shafmakmumnya masih belum rapi. Imam juga harus memberikan pengarahan dan pengertian khusus kepada makmum yang belum sempurna posisinya. Berikut ini beberapa panduan mengatur kerapian shaf bagi imam dan makmum berdasar tuntunan Rasulullah saw.

1. Sebelum memulai shalat, hendaknya imam memeriksa dan mengatur shaf makmum hingga benar benar rapi.





Nu’man bin Basyir ra berkata, “Rasulullah saw. Meratakan shaf kami sebagaimana meratakan anak anak panah. Sehingga beliau merasa bahwa kami telah memenuhi perintahnya itu dan benar benar mengerti. Tiba tiba suatu hari beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan melihat ada seseorang yang menonjolkan dadanya ke depan, maka nabi saw, bersabda, “hendaknya kamu meratakan shafmu atau kalau tidak Allah akan memperlainkan-lain wajahmu semua (akan selalu dalam perselisihan dan sengketa) ! (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, dan Turmudzi).

2. Makmum dianjurkan mengisi shaf terdepan

Nabi saw. Bersabda, “Andaikata manusia tahu pahala yang tersedia untuk memenuhi panggilan azan serta shaf pertama, kemudian orang orang yang tidak dapat memperolehnya kecuali dengan undian, niscaya mereka akan merebutnya walau dengan cara undian itu” (HR.Bukhari).

3. Makmum memulai shaf dari tengah (persis dibelakang imam) lalu berurutan kekanan, baru kemudian mengisi barisan disisi kiri.

Nabi saw. Bersabda, “sesungguhnya Allah dan para Malaikat Nya memberi rahmat serta medoakan supaya diberi rahmat bagi orang orang yang shalat di yang sebelah kanan” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dari Aisyah ra). Meski sebelah kanan harus dipenuhi terlebih dahulu, hendaknya posisi sang imam tetap ditengah. Nabi saw. Bersabda, “tempatkanlah imam itu ditengah dan penuhilah sela sela shaf” (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ra). Meskipun secara sanad Hadits inidinyatakan lemah, namun secara makna dan isi benar.karena sesuai dengan kesimpulan yang didapat dari sekumpulan hadits shahih terkait.

4. Hendaknya makmum tidak membuat shaf baru sebelum shaf didepannya terpenuhi.

Di suatu hari ketika hendak memulai shalat berjamaah, Nabi saw. Bersabda, “Tidakkah kalian ingin berbaris sebagaimana halnya malaikat dihadapan Allah? “ Para sahabat bertanya “Bagaimana cara Malaikat berbaris dihadapan Allah?” Nabi saw. Menjawab, “mereka menyempurnakan dulu shaf pertama serta merapatkannya benar benar” (HR. Jamaah dari Jabir bin Samurah ra)

5. Makmum mengisi atau menyambung shaf di depannya yang masih kosong/putus.

Nabi saw. Bersabda, “Barang siapa menyambung shaf, maka hubungannya akan disambung pula oleh Allah. Dan barang siapa memutuskan shaf, maka hubungannya akan diputuskan pula oleh Allah” (HR.Nasai, Hakim, Ibnu Kuzaimah dari Ibnu Umar ra ).

6. Meluruskan dan merapatkan shaf hingga dada atau bagian tubuh seseorang tidak lebih maju/mundur atau tidak ada celah di antara orang yang ada di sisinya.

Hendaknya makmum mendekat satu sama lain hingga bahu dan kaki saling menempel. Janganlah terpaku pada alas shalat atau sajadah hingga ada celah. Nabi saw. Bersabda, “Ratakan shafmu, rapatkan bahu bahumu, lunakkan tangan berdampingan dengan saudara saudaramu dan tutupilah sela sela shaf itu. Karena sesungguhnya setan setan itu memasuki sela sela itu tak ubahnya bagai anak kambing” (HR.Ahmad dan Thabrani dari Abu Umamah).


Semua ini menunjukkan bahwa merapikan shaf memiliki kedudukan penting dalam mendirikan, membaguskan, dan menyempurnakan shalat. Kerapian shaf mengandung keutamaan, pahala, menghimpun, dan menyatukan hati kaum muslimin.dan pertolongan Allah swt.pun akan niscaya semakin dekat.





Rabu, 21 Januari 2009

Bidadari

Al-Imam Ath-Thabrani meriwayatkan sebuah hadist dari Ummu salamah bahwa Ia Radhiyallahu 'Anha berkata,

"Ya Rasulallah jelaskanlah padaku tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli..."

Beliau menjawab, "Bidadari yang kulitnya bersih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau bak sayap burung Nasar."

Aku (Ummu Salamah) berkata lagi, "Jelaskanlah padaku Ya Rasulallah, tentang firman-Nya
: Laksana mutiara yang tersimpan baik (Al-Waqiah 23)..!"

Beliau menjawab, "Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tak pernah tersentuh tangan manusia."

Aku bertanya, "Ya Rasulallah, jelaskanlah kepadaku tentang firman Allah :
Di dalam Surga ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik ( Ar-Rahman 70 )..!"

Beliau menjawab, "Akhlaqnya baik dan wajahnya cantik jelita."

Aku bertanya lagi, "Jelaskanlah padaku firman Allah :
Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan baik (Ash-Shaffat 49)..!"

Beliau menjawab, "Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada bagian dalam telur dan terlindung dari kulit bagian luarnya, atau yang biasa disebut putih telur."

Aku bertanya lagi, "Ya Rasulallah jelaskan padaku firman Allah :
Penuh cinta lagi sebaya ( Al-Waqiah 37 )..!"

Beliau menjawab, "Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal dalam usia lanjut dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Allah menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi, dan umurnya sebaya."

Aku bertanya lagi, "Ya Rasulallah manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang berata jeli?"

Beliau menjawab, "Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat."

Aku bertanya, "Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?"

Beliau menjawab, "Karena shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka , tubuh mereka adalah sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, "Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.""

Aku berkata, "Ya Rasulallah, salah seorang wanita diantara kami pernah menikah dengan dua, tiga atau empat lelaki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan merekapun masuk surga. Siapakah diantara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?"

Beliau menjawab, "Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu diapun memilih siapa diantara mereka yang paling baik akhlaqnya. Lalu dia berkata, "Rabbi sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya..."
..Wahai Ummu Salamah akhlaq yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat."

(HR Ath Thabrani)